Sejarah Ring Road Jogja
Yogyakarta tahun 1970-an dengan Yogyakarta sekarang, atau setidaknya
pertengahan tahun 1980-an, telah mengelami perbedaan, dan semakin
menemukan wajah perrbedaan di tahun 2004 ini. Salah satu tanda dari
perbedaan itu ialah, bahwa di Yogyakarta sekarang sudah dibangun Ring
Road yang mengelilingi Yogyakarta, sehingga pinggiran kota Yogyakarta
yang dulu, tahun 1970-an terasa jauh tempatnya, sekarang menjadi terasa
dekat. Ring Road tampaknya telah mengubah wajah kota Yogyakarta.
Pinggiran kota yang sekarang dilewati Ring Road, 15 sampai 20 tahun yang lalu, berada di wilayah terpencil dalam suasana desa. Orang Yogya menyebutnya sebagai ndesit, meskipun sebetulnya tidak jauh dari kota. Misalnya, jalan Kaliurang, sekitar 15 tahun yang lalu masih sepi, banyak pohon rindang disekitar jalan yang sempit dan tidak mecet seperti sekarang. Utara Selokan Mataram pada waktu itu seperti berada di tempat yang jauh. Daerah Condong Catur, tahun 1980 masih sepi, dan tidak bisa ditempuh melalui jalan Gejayan seperti sekarang, harus ditempuh melalui jalan Solo dan melaju ke arah utara sekitar 5 Km dengan transportasi umum yang masih terbatas.
Namun setelah Ring Road dibuat, Yogyakarta seperti terbuka dalam banyak hal. Bukan saja daerah-daerah baru bermunculan dan bangunan-bangunan baru mudah sekali di temukan. Memutari Ring Road, orang seperti telah mengelilingi Yogyalarta. Lingkar Ring Road ini menggabungkan lintas lima wilayah Kabupaten di Yogyakarta, yaitu Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo dan Gunung Kidul, wilayah kota ada di tengah Ring Road.
Adanya Ring Road, ternyata membuat perubahan terhadap harga tanah, apalagi tak jauh dari Ring Road Utara misalnya, ada hotel Hyatt, yang dengan sendirinya menaikkan harga tanah disekitar kawasan Ring Road Juga Ring Road Timur, selain ada banyak hotel juga ada Bandara Internasional Adi Sucipto, sehingga harga tanah sudah tinggi, bahkan bisa dikatakan tidak lagi terjangkau oleh masyarakat yang dulu tinggal disekitar itu dan tanahnya sudah dijual pada orang lain.
Ring Road memang tidak bisa dipisahkan dari UGM karena, konon, konsep pembuatan Ring Road dari UGM. Pembuatan Ring Road 20 tahun yang lalu, telah mengubah Yogyakarta dalam banyak segi. Yogyakarta yang memang tidak menutup diri terhadap hal-hal yang datang dari luar, termasuk kehadiran penduduk lain, menemukan lahannya dengan di buatnya Ring Road. Pemekaran Yogyakarta bermula dari Ring Road dan akhirnya bisa dilihat, dari Ring Road, kota Yogyakarta merupakan wilayah terkecil dibanding wilayah lain disekitarnya, misalnya Bantul dan Sleman. Ring Road seperti benang yang menghubungkan antara daerah yang satu dengan lainnya, yang dulu, 20 tahun yang lalu seperti terpisah.
Apakah pembangunan Ring Road juga mengusir warga yang dulu tinggal disekitar kawasan Ring Road? Itulah pertanyaan problematis. Yang pasti, karena pembangunan Ring Road, ada banyak sawah yang hilang dan sekarang di ganti jalan aspal yang disebut Ring Road.
Pinggiran kota yang sekarang dilewati Ring Road, 15 sampai 20 tahun yang lalu, berada di wilayah terpencil dalam suasana desa. Orang Yogya menyebutnya sebagai ndesit, meskipun sebetulnya tidak jauh dari kota. Misalnya, jalan Kaliurang, sekitar 15 tahun yang lalu masih sepi, banyak pohon rindang disekitar jalan yang sempit dan tidak mecet seperti sekarang. Utara Selokan Mataram pada waktu itu seperti berada di tempat yang jauh. Daerah Condong Catur, tahun 1980 masih sepi, dan tidak bisa ditempuh melalui jalan Gejayan seperti sekarang, harus ditempuh melalui jalan Solo dan melaju ke arah utara sekitar 5 Km dengan transportasi umum yang masih terbatas.
Namun setelah Ring Road dibuat, Yogyakarta seperti terbuka dalam banyak hal. Bukan saja daerah-daerah baru bermunculan dan bangunan-bangunan baru mudah sekali di temukan. Memutari Ring Road, orang seperti telah mengelilingi Yogyalarta. Lingkar Ring Road ini menggabungkan lintas lima wilayah Kabupaten di Yogyakarta, yaitu Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo dan Gunung Kidul, wilayah kota ada di tengah Ring Road.
Adanya Ring Road, ternyata membuat perubahan terhadap harga tanah, apalagi tak jauh dari Ring Road Utara misalnya, ada hotel Hyatt, yang dengan sendirinya menaikkan harga tanah disekitar kawasan Ring Road Juga Ring Road Timur, selain ada banyak hotel juga ada Bandara Internasional Adi Sucipto, sehingga harga tanah sudah tinggi, bahkan bisa dikatakan tidak lagi terjangkau oleh masyarakat yang dulu tinggal disekitar itu dan tanahnya sudah dijual pada orang lain.
Ring Road memang tidak bisa dipisahkan dari UGM karena, konon, konsep pembuatan Ring Road dari UGM. Pembuatan Ring Road 20 tahun yang lalu, telah mengubah Yogyakarta dalam banyak segi. Yogyakarta yang memang tidak menutup diri terhadap hal-hal yang datang dari luar, termasuk kehadiran penduduk lain, menemukan lahannya dengan di buatnya Ring Road. Pemekaran Yogyakarta bermula dari Ring Road dan akhirnya bisa dilihat, dari Ring Road, kota Yogyakarta merupakan wilayah terkecil dibanding wilayah lain disekitarnya, misalnya Bantul dan Sleman. Ring Road seperti benang yang menghubungkan antara daerah yang satu dengan lainnya, yang dulu, 20 tahun yang lalu seperti terpisah.
Apakah pembangunan Ring Road juga mengusir warga yang dulu tinggal disekitar kawasan Ring Road? Itulah pertanyaan problematis. Yang pasti, karena pembangunan Ring Road, ada banyak sawah yang hilang dan sekarang di ganti jalan aspal yang disebut Ring Road.
---------------------------------
post-promoted
Sejarah Ring Road Jogja
Reviewed by denbaguse supanjul
on
07.59
Rating:
bagus sekali ini adalah perencanana kota terbaik di indonesia
BalasHapusjelas, perencanaan ekonomi yogyakarta salah satu yang terbaik dari provinsi lainnya. apalagi ada dana alokasi khusus dan merupakan daerah otonomi khusus
HapusBayangkan saja kalau gak ada orang yang mikir jauh ke depan,dan tak ada ringroad kayak apa macetnya jln solo sd tugu....
BalasHapus